Minggu, 19 Februari 2012

7 Ciri Penghuni Surga Firdaus

SynReligion - MANUSIA akan memperoleh ganjaran setimpal berdasarkan usaha atau amalan dilakukannya baik perkara kecil atau besar yang tergolong dalam perbuatan yang baik dan buruk. Allah berfirman yang bermaksud: "Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan walau sebesar zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasannya)." (Surah al-Zalzalah, ayat 7-8)

Setiap apa yang dilakukan memberi kesan kepada diri manusia itu dan mereka yang beriman pastinya berusaha melakukan lebih banyak perbuatan baik.

Orang Mukmin yang taat adalah golongan yang mendapat kemuliaan dan kasih sayang Allah dan dijanjikan sebagai penghuni syurga bernama Firdaus yang kekal di dalamnya. Tujuh ciri dimiliki golongan ini dinyatakan Allah dalam surah al-Mukminun, ayat 1 hingga 11. Ciri itu ialah:

1. Khusyuk dalam menunaikan solat
Insan yang Mukmin mampu melaksanakan solat dengan khusyuk sesuai dengan keteguhan dan kemantapan iman dimilikinya. Pengertian khusyuk mencakupi seseorang itu memahami apa yang dibaca dan dilakukannya dalam solat.
Menurut Imam al-Ghazali, dalam khusyuk itu juga harus ada rasa takut kepada Allah. Sembahyang yang dikerjakan dengan khusyuk adalah syarat pertama untuk mewarisi syurga Firdaus

2. Memelihara diri daripada perbuatan yang tiada berguna
Seseorang yang benar-benar mukmin tidak akan membiarkan masa berlalu dengan tidak melakukan perkara berfaedah

3. Menunaikan zakat
Seorang Muslim sejati akan rela dengan ikhlas menunaikan kewajipan zakatnya tanpa wujud paksaan, lantaran sedar bahawa hartanya sudah memenuhi syarat untuk berzakat
Selain itu, dia sedar bahawa pada harta miliknya itu ada hak orang lain yang harus diberikan, terutama hak fakir miskin. Hartanya yang sebenar hanyalah harta yang tinggal selepas dikeluarkan zakatnya

4. Memelihara kehormatan
Orang mukmin berjaya akan menghindarkan diri daripada melakukan penyimpangan dalam hal seksual dan tidak mendekati zina. Dia tidak akan berlaku serong dan hanya menyalurkan keinginan syahwat (persetubuhan) melalui jalan halal dengan pasangan sah.

5. Melaksanakan amanah
Seseorang mukmin yang diberi kepercayaan akan menunaikannya dengan baik kerana kepercayaan itu adalah penghormatan paling berharga baginya.


6. Memenuhi janji
Islam mengajar bahawa setiap janji mesti ditunaikan kerana janji itu ibarat hutang. Lantaran itu ia perlu dibayar. Segala sesuatu yang dijanjikan perlu dipenuhi kerana yang demikian adalah ciri Mukmin berjaya.

7. Memelihara solat
Solat pada pandangan Mukmin sejati paling penting. Jadi, solat mereka cukup terpelihara, sehingga dapat dilaksanakan dengan begitu baik lagi sempurna. Waktu solat dijaga dengan baik seperti solat pada awal waktu. Begitu juga dengan rukun dan pelbagai syarat lainnya yang mana semuanya itu sangat diberi perhatian

Semoga bermanfaat....
Jazakallah Khairan.....

sourch : http://putramartapura.blogspot.com/2009/12/7-ciri-penghuni-surga-firdaus.html

Sabtu, 31 Desember 2011

Mencari Berkah Dengan Sedekah

SynReligion - Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah saw., orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.”
Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan isteri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Sanad Hadits

Hadits di atas memiliki sanad yang lengkap (sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim, Kitab Al-Zakat, Bab Bayan Anna Ismas Shadaqah Yaqa’u Ala Kulli Nau’ Minal Ma’ruf, hadits no 1006).

Gambaran Umum Tentang Hadits

Hadits ini memberikan gambaran luas mengenai makna shadaqah. Karena digambarkan bahwa shadaqah mencakup segenap sendi kehidupan manusia. Bukan hanya terbatas pada makna menginfakkan uang di jalan Allah, memberikan nafkah pada fakir miskin atau hal-hal sejenisnya. Namun lebih dari itu, bahwa shadaqah mencakup segala macam dzikir (tasbih, tahmid dan tahlil), amar ma’ruf nahi mungkar, bahkan hubungan intim seorang suami dengan istrinya juga merupakan shadaqah. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. secara tersirat meminta kepada para sahabatnya untuk pandai-pandai memanfaatkan segala aktivitas kehidupan agar senantiasa bernuansakan ibadah. Sehingga tidak perlu ‘gusar’ dengan orang-orang kaya yang selalu bersedekah dengan hartanya. Karena makna shadaqah tidak terbatas hanya pada shadaqah dengan harta.

Asbabul Wurud Hadits

Hadits ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan beberapa Muhajirin yang fakir, dimana mereka ‘terpaksa’ meninggalkan harta benda mereka di Mekah, sehingga mereka merasa tidak dapat bershadaqah. Ketika pertanyaan mereka terlontar ke Rasulullah saw., beliau memberikan jawaban yang dapat menenangkan jiwa dan pikiran mereka.

Makna Hadits

Hadits ini muncul dengan latar belakang ‘kegundahan hati’ para sahabat, manakala mereka merasa tidak dapat optimal dalam beribadah kepada Allah swt.. Karena mereka merasa bahwa para sahabat-sahabat yang memiliki kelebihan harta, kemudian menshadaqahkan hartanya tersebut, tentulah akan mendapatkan derajat yang lebih mulia di sisi Allah swt.. Sebab mereka melaksanakan shalat, puasa, namun mereka bersedekah, sedangkan kami tidak bersedekah, kata para sahabat ini.

Akhirnya Rasulullah saw. sebagai seorang murabbi sejati memberikan motivasi serta dorongan agar mereka tidak putus asa, dan sekaligus memberikan jalan keluar bagi para sahabat ini. Jalan keluarnya adalah bahwa mereka dapat bershadaqah dengan apa saja, bahkan termasuk dalam hubungan intim suami istri. Oleh karenanya tersirat bahwa Rasulullah saw. meminta kepada mereka agar padai-pandai mencari peluang ‘pahala’ dalam setiap aktivitas kehidupan sehari-hari, agar semua hal tersebut di atas terhitung sebagai shadaqah.

Pengertian Shadaqah

Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan Allah swt.. Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna shadaqah memang sering menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah Al-Baqarah (2): 264 dan Al-Taubah (9): 60.

Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa shadaqah memiliki makna mendermakan uang di jalan Allah swt. Bahkan pada ayat yang kedua, shadaqah secara khusus adalah bermakna zakat. Bahkan banyak sekali ayat maupun hadits yang berbicara tentang zakat, namun diungkapkan dengan istilah shadaqah.

Secara bahasa, shadaqah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Dalam makna seperti inilah, shadaqah diibaratkan dalam hadits: “Dan shadaqah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim)

Antara zakat, infak, dan shadaqah memiliki pengertian tersendiri dalam bahasan kitab-kitab fiqh. Zakat yaitu kewajiban atas sejumlah harta tertentu dalam waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu.

Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau menafkahkan uang. Infak ada yang wajib, sunnah dan mubah. Infak wajib di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban, seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya. Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak masuk dalam kategori wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan dan sebagainya.

Shadaqah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena shadaqah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun shadaqah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadits digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah shadaqah.”

Makna shadaqah yang terdapat dalam hadits di atas adalah mengacu pada makna shadaqah di atas. Bahkan secara tersirat shadaqah yang dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah swt. Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat sebagai bentuk taqarrub kepada Allah swt., maupun dalam bentuk aktivitas yang secara lahiriyah tidak tampak seperti bertaqarrub kepada Allah, seperti hubungan intim suami istri, bekerja, dsb. Semua aktivitas ini bernilai ibadah di sisi Allah swt.

Macam-Macam Shadaqah

Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan shadaqah yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah dengan hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak hartanya. Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shadaqah mencakup:

1. Tasbih, Tahlil dan Tahmid

Rasulullah saw. menggambarkan pada awal penjelasannya tentang shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah shadaqah. Oleh karenanya mereka ‘diminta’ untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir lainnya. Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Dalam riwayat lain digambarkan:

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. berkata, “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)

2. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Setelah disebutkan bahwa dzikir merupakan shadaqah, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah. Karena untuk merealisasikan amar ma’ruf nahi mungkar, seseorang perlu mengeluarkan tenaga, pikiran, waktu, dan perasaannya. Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah. Bahkan jika dicermati secara mendalam, umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah’, karena memiliki misi amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam sebuah ayat-Nya Allah swt. berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imran (3): 110]

3. Hubungan Intim Suami Istri

Hadits di atas bahkan menggambarkan bahwa hubungan suami istri merupakan shadaqah. Satu pandangan yang cukup asing di telinga para sahabatnya, hingga mereka bertanya, “Apakah salah seorang diantara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan shadaqah?” Kemudian dengan bijak Rasulullah saw. menjawab, “Apa pendapatmu jika ia melampiaskannya pada tempat yang haram, apakah dia mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada yang halal, ia akan mendapat pahala.” Di sinilah para sahabat baru menyadari bahwa makna shadaqah sangatlah luas. Bahwa segala bentuk aktivitas yang dilakukan seorang insan, dan diniatkan ikhlas karena Allah, serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan terhitung sebagai shadaqah.

Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah saw. yang dikategorikan sebagai shadaqah, masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah, diantaranya adalah:

4. Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya

Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.” (HR. Ibnu Majah)

5. Membantu urusan orang lain

Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani, dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, “Setiap muslim harus bershadaqah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana pendapatmu, wahai Rasulullah, jika ia tidak mendapatkan (harta yang dapat disedekahkan)?” Rasulullah saw. bersabda, “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau bersabda, “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Mengajak pada yang ma’ruf atau kebaikan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu, wahai Rasulullah saw.?” Beliau menjawab, “Menahan diri dari perbuatan buruk, itu merupakan shadaqah.” (HR. Muslim)

6. Mengishlah dua orang yang berselisih

Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah saw.: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah. Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah, mengishlah di antara manusia (yang berselisih adalah shadaqah).” (HR. Bukhari)

7. Menjenguk orang sakit

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah swt., maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus (kali lipat). Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi penggugur (dosa-dosanya).” (HR. Ahmad)

8. Berwajah manis atau memberikan senyuman

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda: Dari Abu Dzar r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun. Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya, ia menemuinya dengan wajah ramah, dan jika engkau membeli daging, atau memasak dengan periuk/kuali, maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya.” (HR. Turmudzi)

9. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari (baca: yaumiyah)

Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bersabda, “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Rasulullah saw. bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)

Judul Asli : Makna Shadaqah
Oleh: Rikza Maulan, M.Ag
www.dakwatuna.com

source : http://damzone89.wordpress.com/2010/09/21/9-jenis-sedekah/

Syn, 31/12/2011 01:25 WIB

Minggu, 11 Desember 2011

Perbalahan Malaikat Rahmat Dan Malaikat Azab

SynReligion - Pada zaman dulu, ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang. Dia ingin menjumpai pendita untuk meminta fatwa supaya dia dapat bertaubat dari dosanya. Sebaik saja berjumpa, dia pun menerangkan bahawa dia telah membunuh 99 orang dan bertanya sama ada dia masih ada peluang untuk bertaubat. Pendita dengan tegas mengatakan dia tidak boleh bertaubat kerana dosanya terlalu banyak. Lelaki itu mejadi marah dan terus membunuh pendita itu, menjadikannya mangsa yang ke-100.

Dia masih ingin untuk bertaubat dan terus mencari kalau-kalau ada ulama yang boleh membantunya. Akhirnya dia berjumpa dengan seorang ulama. Dia menceritakan bahawa dia telah membunuh 100 orang dan bertanya sama ada Allah masih menerima taubatnya. Ulama itu menerangkan dia masih ada harapan untuk bertaubat. Seterusnya dia menyuruh lelaki itu pergi ke sebuah negeri di mana terdapat sekumpulan abid (orang beribadat). Apabila sampai di sana nanti, ulama itu menyuruhnya tinggal di sana dan beribadat bersama mereka. Ulama itu melarangnya pulang ke negeri asalnya yang penuh dengan maksiat.


Lelaki itu mengucapkan terima kasih lalu terus menghala ke negeri yang diterangkan oleh ulama tadi. Sebaik saja sampai separuh perjalanan, dia jatuh sakit lalu meninggal dunia.

Ketika itu terjadilah perbalahan antara dua malaikat, iaitu Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab. Malaikat Rahmat ingin mengambil roh lelaki itu kerana pada pendapatnya dia adalah orang baik lantaran azamnya untuk bertaubat sementara Malaikat Azab mengatakan dia mati dalam su'ul-khatimah kerana dia telah membunuh 100 orang dan masih belum membuat sebarang kebajikan. Mereka saling berebutan dan tidak dapat memutuskan keadaan lelaki itu.

Allah kemudian menghantar seorang malaikat lain berupa manusia untuk mengadili perbalahan mereka berdua. Dia menyuruh malaikat itu mengukur jarak tempat kejadian itu dengan kedua-dua tempat; adakah tempat kejadian itu lebih dekat dengan tempat kebajikan yang hendak dituju atau lebih dekat dengan tempat dia mula bertolak. Sekiranya jaraknya lebih dekat dengan tempat kebajikan, dia kepunyaan Malaikat Rahmat. Setelah diukur, didapati jarak ke negeri kebajikan melebihi kadar sejengkal saja. Lalu roh lelaki itu terus diambil oleh Malaikat Rahmat. Lelaki itu akhirnya mendapat pengampunan Allah.


Moral & Iktibar

1. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Mengasihani.
2. Orang yang berbuat dosa hendaklah diiringi dengan penyesalan dan taubat.
3. Jangan merasa putus asa dari rahmat Allah meskipun telah melakukan dosa yang sangat banyak kerana rahmat Allah sangat luas dan lebih besar daripada dosa besar yang kita lakukan.
4. Menjalankan amar makruf dan nahi mungkar hendaklah dengan hikmah dan bijaksana.
5. Fatwa yang salah dan tidak berlandaskan hukum sebenar hanya menyusahkan diri sendiri.
6. Pelepasan dari azab diperolehi hanya dengan berlebihnya timbangan kebajikan meskipun dengar kadar yang sedikit.
7. Orang yang hendak bertaubat mesti buktikan penyesalan dengan tindak-ikut yang sewajarnya.
8. Orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh penyesalan dan berikrar tidak mengulangi kejahatannya akan diterima oleh Allah taubatnya.
9. Mereka yang diterima oleh Allah akan taubatnya seolah-olah tidak mempunyai sebarang dosa.
10.Mereka yang sempat bertaubat 'nasuha' sebelum roh sampai ke khalqum dimasukkan ke dalam syurga.


18/05/2010

Sabtu, 26 November 2011

Panasnya Api Neraka !

SynReligion - Dari sebuah hadis ada diceritakan Allah SWT. telah menghantar malaikat Jibril bertemu malaikat Malik untuk mengambil api darinya bagi kegunaan Adam untuk memasak. Malaikat Malik pun bertanya "Wahai Jibril! berapa banyakkah yang kamu mahu?" Sebesar buah tamar, jawab Jibril. Kata Malik, "Tahukah kamu, kalau aku berikan api neraka sebesar yang kamu mahu pasti akan hancur lebur 7 petala langit dan bumi kerana kepanasannya.""Kalau begitu separuh buah tamar, kata Jibril. Jawab Malik, "Kalau separuh darinya nescaya langit tidak dapat menurunkan hujan walaupun setitik ke bumi dan segala tanaman akan musnah."

Malaikat Jibril lalu memohon pertolongan dari Allah SWT untuk mengetahui jumlah yang betul. ALLAH lalu berfirman, "Ambillah sebesar biji sawi." Pergilah Jibril mendapatkan api itu kemudiannya api itu dibasuh dahulu dengan 70 buah sungai di syurga. Setelah itu ianya dibawa kepada Adam dan diletakkan di atas puncak gunung yang tinggi. Tiba-tiba cairlah gunung itu dan tinggallah hanya sedikit maka api itulah yang digunakan hingga sekarang.

Kesimpulannya, api neraka beribu-ribu kali lebih panas dari api di dunia. Nauzubillahiminzalik.

Selasa, 08 November 2011

Ketika Iblis Bertamu

Ada suatu kisah saat iblis bertamu ke kediaman seorang sahabat Anshar, iblis ini diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjawab semua pertanyaan Rasulullah SAW dengan jujur, dan apabila iblis berbohong, maka Allah SWT akan menjadikannya debu yang ditiup angin. Peristiwa ini tentu sangat patut untuk di ambil hikmahnya, karena banyak sekali pelajaran yang bisa kita dapat dari percakapan Rasulullah SAW dengan Iblis Laknatullah. Semoga kita semua bisa mengambil manfaat dari artikel ini.

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”


Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”


Semoga artikel ini bermanfaat, berbagi tentang apa yang anda ketahui maka InsyaAllah anda akan mendapatkan lebih dari apa yang anda berikan.

Kritik dan Saran kirim saja ke :
Yogaadhitya32@gmail.com

 

About

Text

IP

One Day One Dream Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers